Minggu, 13 Mei 2018

Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Cina


Assalamualaikum Wr. Wb
Haay Sahabat  seiman yang saya hormati dan dimulyakan oleh Allah, berjumpa lagi dengan saya semoga kita selalu diberikan kebekahan oleh Allah SWT.Sebelum melanjutkan membaca artikel ini jangan lupa menunaikan kewajiban anda sebagai hamba Allah SWT.  Dikesempatan kali ini saya akan mencoba sedikit membahas hal yang agak berat sedikit nii, berita yang lagi hangat – hangatnya ditahun 2018 ini, apakah itu ? yaa pada kesempatan kali ini mimin akan sedikit membahas perang dagang yang terjadi dengan dua negara adidaya yang sangat kuat perdagangannya, yaitu perang dagang antara China dan Amerika Serikat.
Sudah tidak menjadi rahasia lagi kalau Amerika serikat merupakan poros atau titik perekonomian dunia, yang mana mata uang negara ini yaitu dolar Amerika menjadi patokan nilai mata uang dunia, tidak terkecuali mata uang negara kita tercinta ini yaitu mata uang rupiah yang sangat tergantung dengan mata uang dolar Amerika yang akhir – akhir ini nilai tukar mata uang rupiah sangat terperosok hingga mencapai 14.000 rupiah per 1 dollar Amreika. Sebenarnya perang dagang antara Cina dan Amerika sudah lama terjadi namun dengan pergantian kepemimpinan dari presiden Obama ke Presiden Donald Trump sangat berdampak kepada hubungan antara Cina dan Amerika, pasalnya pada pemerintahan Donal Trump ini mereka mempublikasikan 1.300 produk ekspor Cina yang akan di bidik tarif. Amerika berencana akan memberlakukan tariff atas produk-produk cina sebesar 50 miliyar dollar amerika. Menurut kantor dagang AS (USTR) di Gedung Putih, tariff sebesar 25% bakal di berlakukan kepada seluruh produk, sebagian besar tarif akan membidik industry teknologi, permesinan, dan kedirgantaraan cina. Sedangkan sisanya akan membidik peralatan medis, obat-obatan dan material pendidikan seperti peralatan penjilidan buku.
Dan awal maret ini Cina akhirnya memberlakukan tariff bea masuk hingga 25% terhadap 128 produk impor  dar AS, antara lain daging babi dan minuman anggur, sebagai pembalasan atas langkah presiden AS Donald Trum yang menaikkan bea atas impor baja dan aluminium. Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump resmi mengumumkan sanksi kepada China berupa pengenaan tarif pada barang impor China senilai US$60 miliar. Trump juga tengah menyiapkan langkah untuk membatasi investasi Amerika Serikat di China. Tindakan Trump ini dianggap akan memicu perang perdagangan global. Berdasarkan memorandum presiden yang ditandatangani Trump, tarif baru bagi impor China tersebut baru akan berlaku setelah periode konsultasi usai. Ini diperkirakan akan memberikan kesempatan bagi industri untuk melobi legislatif guna melonggarkan daftar pengenaan tarif baru tersebut yang saat ini berjumlah 1.300 produk.
Apa yang diingingkan Trump ?
Sebelumnya Trump telah mengecam”deficit perdagangan tahunan sebesar US$800 miliar karena keseoakatan dan kebijakan dagang kita “sangat bodoh” cetus Trump. Kemudian dia menyatakan bakal menerapkan pajak impor baja dan alumunium. Hal itu diikuti oleh ancaman terhadap mobil – mobil buatan Uni Eropa.
Rencana Trump untuk memberlakukan pajak impor baja diprediksikan justru akan merugikan masyarakat AS. Sejumlah kelompok pengusaha, seperti Asosiasi Pembuat Motor dan Peralatan AS, juga mengemukakan kekhawatiran mereka. Akan tetapi para pekerja industri baja di Pennsylvania dan Indiana diprediksi bakal menyambut baik recana Trump tersebut.
China pun bereaksi terhadap langkah Trump. Mereka tidak takut perang dagang. Nantinya akan ada 128 barang impor dari AS yang dikenakan tarif impor mulai dari kacang dan anggur dengan tarifnya sekitar 15 persen hingga 25 persen. Keputusan dari Trump tersebut dapat di bawa ke WTO (World Trade Organization).
Selain itu, China akan melakukan sejumlah langkah hadapi AS. China juga diperkirakan mendepresiasi yuan dan menjual ratusan miliar surat utang AS. Dia beralasan, setelah AS dan China baru berpotensi perang dagang saja, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah terus mengalami penurunan, di mana pada saat penutupan perdagangan kemarin, IHSG kembali turun 43,38 poin atau 0,69 persen ke level 6.210,70 dari posisi negatif hari sebelumnya di posisi 6.254,07. Pasar saham AS kembali melemah dan mencapai sesi terendah dalam perdagangan sore setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan bank sentral AS kemungkinan perlu mempertahankan suku bunga untuk menjaga inflasi terkendali dan mengatakan terlalu dini untuk mengetahui apakah naiknya ketegangan perdagangan akan memukul Ekonomi AS.
Selain itu, Wall Street juga dipengaruhi kekhawatiran perang dagang yang muncul, sejak Trump mengumumkan tarif impor baja dan aluminium lebih dari sebulan lalu terhadap China. Ini membuat investor khawatir jika langkah-langkah proteksionis seperti itu akan memukul pertumbuhan ekonomi global. “Ini adalah reaksi terhadap kekhawatiran tentang pendekatan administrasi di sektor perdagangan. Pasar telah terombang-ambing  karena pernyataan dan munculnya asumsi jika akan ada masalah serius,” kata Rick Meckler, Presiden perusahaan Investasi LibertyView Capital Management di Jersey City, New Jersey. Dia mengatakan investor juga tampak mengurangi risiko menjelang akhir pekan.
Trump kembali mengancam akan menerapkan kebijakan impor senilai USD 100 miliar terhadap China, yang kemudian dibalas Beijing dengan mengatakan siap sepenuhnya untuk menanggapi hal tersebut dengan serangan balasan yang lebih besar. Perusahaan AS yang lebih rentan terkena tekanan perdagangan dengan China termasuk yang menjadi hambatan terbesar di Dow. Perusahaan tersebut seperti Boeing yang tercatat sahamnya turun 3,1 persen. 
Perdagangan bebas (free trade) mengacu pada situasi dimana pemerintah tidak berusaha untuk membatasi apa yang warganya bisa membeli dari atau menjual ke Negara lain. Seperti teori Smith, Ricardo, dan Heckscher-Ohlin memprediksi bahwa konsekuensi perdagangan bebas mencakup keuntungan ekonomi statis (karena perdagangan bebas mendukung tingkat yang lebih tinggi konsumsi domestik dan lebih efisien pemanfaatan ssumber daya) serta keuntungan ekonomi yang dinamis (karena perdagangan bebas merangsang pertumbuhan ekonomi dan penciptaan kekayaan) Sejalan dengan teori instrument kebijakan perdagangan yang menyebutkan bahwa kebijakan perdagangan menggunakan tujuh instrument utama yakni, tariff, subsidi, kuota impor, pembatasan ekspor sukarela , persyaratan konten utama, kebijakan administrasi, dan anti dumping. Dimana tariff merupakan instrument dagang paling utama dan paling sederhana dan dengan tariff tersebut berguna untuk melindungi produsen dalam negeri. Akantetapi dalam kasus perang dagang antara AS dan Cina ini justru tariff digunakan untuk hal yang tidak tepat karena dipergunakan untuk saling menjatuhkan satu sama lain.
            Jika semua ini akan terus berlanjut tanpa ada solusi jalan keluarnya, maka tidak dapat dipungkiri lagi perang dagang ini akan berdampak pada perekonomian dunia pada umumnya dan lebih khusus lagi terhadap perekonomian Indonesia, dimana ekspor baja, batu bara, dan kelapa sawit yang berasal dari Indonesia pasti akanterkena dampaknya.
            Baik sahabat pena semua yang saya hormati, mungkin itu saja sedikit cerita tentang Perang Dagang AS vs Cina, jangan lupa selalu menunaikan kewajiban setelah membaca artikel ini. Syukron Kasiron Wassalamualaikum Wr. Wb.

Referensi :
W.L. Hill, Charles. Dkk, 2014, Bisnis Internasional perspektif Asia, Jakarta: Salemba Empat

Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Cina

Assalamualaikum Wr. Wb Haay Sahabat  seiman yang saya hormati dan dimulyakan oleh Allah, berjumpa lagi dengan saya semoga kita selalu ...