Assalamualaikum
Wr. Wb
Haay Sahabat seiman yang saya hormati dan dimulyakan oleh
Allah, berjumpa lagi dengan saya semoga kita selalu diberikan kebekahan oleh
Allah SWT.Sebelum melanjutkan membaca artikel ini jangan lupa menunaikan
kewajiban anda sebagai hamba Allah SWT. Dikesempatan kali ini saya akan mencoba
sedikit membahas hal yang agak berat sedikit nii, berita yang lagi hangat –
hangatnya ditahun 2018 ini, apakah itu ? yaa pada kesempatan kali ini mimin
akan sedikit membahas perang dagang yang terjadi dengan dua negara adidaya yang
sangat kuat perdagangannya, yaitu perang dagang antara China dan Amerika
Serikat.
Sudah tidak menjadi rahasia lagi kalau Amerika serikat merupakan
poros atau titik perekonomian dunia, yang mana mata uang negara ini yaitu dolar
Amerika menjadi patokan nilai mata uang dunia, tidak terkecuali mata uang
negara kita tercinta ini yaitu mata uang rupiah yang sangat tergantung dengan
mata uang dolar Amerika yang akhir – akhir ini nilai tukar mata uang rupiah
sangat terperosok hingga mencapai 14.000 rupiah per 1 dollar Amreika. Sebenarnya perang dagang antara Cina dan Amerika sudah
lama terjadi namun dengan pergantian kepemimpinan dari presiden Obama ke
Presiden Donald Trump sangat berdampak kepada hubungan antara Cina dan Amerika,
pasalnya pada pemerintahan Donal Trump ini mereka mempublikasikan 1.300 produk
ekspor Cina yang akan di bidik tarif. Amerika berencana akan memberlakukan
tariff atas produk-produk cina sebesar 50 miliyar dollar amerika. Menurut
kantor dagang AS (USTR) di Gedung Putih, tariff sebesar 25% bakal di berlakukan
kepada seluruh produk, sebagian besar tarif akan membidik industry teknologi,
permesinan, dan kedirgantaraan cina. Sedangkan sisanya akan membidik peralatan
medis, obat-obatan dan material pendidikan seperti peralatan penjilidan buku.
Dan awal maret ini Cina akhirnya memberlakukan tariff bea
masuk hingga 25% terhadap 128 produk impor
dar AS, antara lain daging babi dan minuman anggur, sebagai pembalasan
atas langkah presiden AS Donald Trum yang menaikkan bea atas impor baja dan aluminium.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump resmi mengumumkan sanksi
kepada China berupa pengenaan tarif pada barang impor China senilai US$60
miliar. Trump juga tengah menyiapkan langkah untuk membatasi investasi Amerika
Serikat di China. Tindakan Trump ini dianggap akan memicu perang perdagangan global.
Berdasarkan memorandum presiden yang ditandatangani Trump, tarif baru bagi
impor China tersebut baru akan berlaku setelah periode konsultasi usai. Ini
diperkirakan akan memberikan kesempatan bagi industri untuk melobi legislatif
guna melonggarkan daftar pengenaan tarif baru tersebut yang saat ini berjumlah
1.300 produk.
Apa yang diingingkan Trump ?
Sebelumnya Trump telah mengecam”deficit perdagangan
tahunan sebesar US$800 miliar karena keseoakatan dan kebijakan dagang kita “sangat
bodoh” cetus Trump. Kemudian dia menyatakan bakal menerapkan pajak impor baja
dan alumunium. Hal itu diikuti oleh ancaman terhadap mobil – mobil buatan Uni
Eropa.
Rencana Trump untuk memberlakukan pajak impor baja diprediksikan justru akan merugikan masyarakat AS. Sejumlah kelompok pengusaha, seperti Asosiasi Pembuat Motor dan Peralatan AS, juga mengemukakan kekhawatiran mereka. Akan tetapi para pekerja industri baja di Pennsylvania dan Indiana diprediksi bakal menyambut baik recana Trump tersebut.
Rencana Trump untuk memberlakukan pajak impor baja diprediksikan justru akan merugikan masyarakat AS. Sejumlah kelompok pengusaha, seperti Asosiasi Pembuat Motor dan Peralatan AS, juga mengemukakan kekhawatiran mereka. Akan tetapi para pekerja industri baja di Pennsylvania dan Indiana diprediksi bakal menyambut baik recana Trump tersebut.
China
pun bereaksi terhadap langkah Trump. Mereka tidak takut perang dagang. Nantinya
akan ada 128 barang impor dari AS yang dikenakan tarif impor mulai dari kacang
dan anggur dengan tarifnya sekitar 15 persen hingga 25 persen. Keputusan
dari Trump tersebut dapat di bawa ke WTO (World Trade Organization).
Selain itu, China akan melakukan sejumlah langkah hadapi AS. China
juga diperkirakan mendepresiasi yuan dan menjual ratusan miliar surat utang AS. Dia
beralasan, setelah AS dan China baru berpotensi perang dagang saja, Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah terus mengalami penurunan, di mana pada saat
penutupan perdagangan kemarin, IHSG kembali turun 43,38 poin atau 0,69 persen
ke level 6.210,70 dari posisi negatif hari sebelumnya di posisi 6.254,07. Pasar
saham AS kembali melemah dan mencapai sesi terendah dalam perdagangan sore
setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan bank sentral AS
kemungkinan perlu mempertahankan suku bunga untuk menjaga inflasi terkendali
dan mengatakan terlalu dini untuk mengetahui apakah naiknya ketegangan
perdagangan akan memukul Ekonomi AS.
Selain itu, Wall Street juga
dipengaruhi kekhawatiran perang dagang yang muncul, sejak Trump mengumumkan
tarif impor baja dan aluminium lebih dari sebulan lalu terhadap China. Ini
membuat investor khawatir jika langkah-langkah proteksionis seperti itu akan
memukul pertumbuhan ekonomi global. “Ini
adalah reaksi terhadap kekhawatiran tentang pendekatan administrasi di sektor
perdagangan. Pasar telah terombang-ambing
karena pernyataan dan munculnya asumsi jika akan ada masalah serius,”
kata Rick Meckler, Presiden perusahaan Investasi LibertyView Capital Management
di Jersey City, New Jersey. Dia
mengatakan investor juga tampak mengurangi risiko menjelang akhir pekan.
Trump kembali mengancam
akan menerapkan kebijakan impor senilai USD 100 miliar terhadap
China, yang kemudian dibalas Beijing dengan mengatakan siap sepenuhnya
untuk menanggapi hal tersebut dengan serangan balasan yang lebih besar. Perusahaan AS yang
lebih rentan terkena tekanan perdagangan dengan China termasuk yang
menjadi hambatan terbesar di Dow. Perusahaan tersebut seperti Boeing yang
tercatat sahamnya turun 3,1 persen.
Perdagangan bebas (free trade) mengacu pada situasi dimana pemerintah tidak berusaha
untuk membatasi apa yang warganya bisa membeli dari atau menjual ke Negara
lain. Seperti teori Smith, Ricardo, dan Heckscher-Ohlin memprediksi bahwa
konsekuensi perdagangan bebas mencakup keuntungan ekonomi statis (karena
perdagangan bebas mendukung tingkat yang lebih tinggi konsumsi domestik dan
lebih efisien pemanfaatan ssumber daya) serta keuntungan ekonomi yang dinamis
(karena perdagangan bebas merangsang pertumbuhan ekonomi dan penciptaan
kekayaan) Sejalan dengan teori instrument kebijakan perdagangan yang menyebutkan
bahwa kebijakan perdagangan menggunakan tujuh instrument utama yakni, tariff,
subsidi, kuota impor, pembatasan ekspor sukarela , persyaratan konten utama,
kebijakan administrasi, dan anti dumping. Dimana tariff merupakan instrument dagang
paling utama dan paling sederhana dan dengan tariff tersebut berguna untuk
melindungi produsen dalam negeri. Akantetapi dalam kasus perang dagang antara
AS dan Cina ini justru tariff digunakan untuk hal yang tidak tepat karena
dipergunakan untuk saling menjatuhkan satu sama lain.
Jika semua ini akan terus
berlanjut tanpa ada solusi jalan keluarnya, maka tidak dapat dipungkiri lagi
perang dagang ini akan berdampak pada perekonomian dunia pada umumnya dan lebih
khusus lagi terhadap perekonomian Indonesia, dimana ekspor baja, batu bara, dan
kelapa sawit yang berasal dari Indonesia pasti akanterkena dampaknya.
Baik sahabat pena semua
yang saya hormati, mungkin itu saja sedikit cerita tentang Perang Dagang AS vs
Cina, jangan lupa selalu menunaikan kewajiban setelah membaca artikel ini.
Syukron Kasiron Wassalamualaikum Wr. Wb.
Referensi :
W.L. Hill, Charles. Dkk, 2014, Bisnis Internasional
perspektif Asia, Jakarta: Salemba Empat
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3432726/donald-trump-kembali-ancam-china-bawa-wall-street-turun?source=search Rabu 09 mei 2018 06.15
wib
http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-43620873
Rabu, 09 mei 2018 20.09 wib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar